Skip to content

Too Much Love Will Kill You

June 2, 2010

Jika kita harus menyebut apa tolok ukur warga negara yang baik, maka patuh kepada pemimpin adalah salah satu jawaban yang nyaris dapat diterima semua orang. Patuh bisa dalam bentuk yang bermacam-macam. Bisa karena keterpaksaan, namun bisa juga karena memang dilandasi dengan rasa cinta.

Jika kita cinta kepada pemimpin yang kita anggap mampu mengayomi kita, maka kita akan menjalankan segala perintahnya dengan penuh suka cita. Nabi Muhammad misalnya. Apa yang beliau sabdakan selalu kita renungkan dalam-dalam, kita laksanakan, dan kita peroleh keterangan batin yang membuat kita makin cinta pada beliau.

Bagaimana dengan negara kita? Saya hanya ingin memberi satu kasus yang membuat kita jadi bingung sendiri, apakah pemimpin kita adalah pengayom atau bukan. Kasus ini adalah tabung gas 3 kiloan, yang belakangan selalu terdengar berita bahwa bahan bakar yang direkomendasikan tersebut meledak dan memakan korban.

Jika merunut pada Kitab Suci, (QS An Nisa : 59) maka patuh pada pemimpin suatu negeri adalah sebuah kewajiban. Maka ketika Sang pemimpin menghimbau agar warganya beralih ke tabung gas, kita patuh, itu wajib. Namun jika kemudian tabung yang sudah kita gunakan dengan atas dasar kepatuhan kepada pemimpin tersebut kemudian meledak? Siapa yang salah?

Itulah dilematisnya menjadi warga negara yang merupakan salah satu mantan macan asia ini. Terlalu membangkang pada pemimpin dicurigai sebagai tindakan sesat. Terlalu patuh, bisa jadi korban. Barangkali sama seperti filosofi memegang burung, jika terlalu kencang dipegang dia akan mati, jika terlalu longgar dia akan lari. Sama seperti memegang ‘cinta’ (…………. huuuuu…….) jangan terlalu besar tapi juga jangan terlalu kecil. Yang sedang-sedang saja, karena seperti kata Queen… to much love will kill you..

….. berarti sama kayak kasus pajak dong? kalo bayar pajak, semampunya saja…. kalo ingat dan ada duit bayar, kalo ga ya gimana lagi?….

hmmm….

From → social

Leave a Comment

Leave a comment